Industri di Indonesia ternyata cukup antusias menyikapi tren cloud computing. Setidaknya demikian jika merunut hasil kajian Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI).
LPPMI dalam kajiannya mengacu pada hasil sampel terhadap 100 perusahaan di Indonesia yang bergerak di industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK), aktivitas profesional, sosial, serta kesehatan.
"Mayoritas responden menganggap bahwa cloud computing bermanfaat dalam hal fleksibilitas dan mengurangi biaya dalam perspektif bisnis, serta menawarkan alokasi sumber daya yang dinamis berdasarkan perspektif teknis," papar Direktur LPPMI, Kamilov Sagala dalam acara Indonesian Cloud Forum: Welcoming The Cloud Era, di Upperroom, Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu (25/5/2011).
Perusahaan yang terlibat dalam penelitian ini adalah perusahaan regional (18,75%), nasional (31,25%), dan berskala global (50%) dengan rata-rata jumlah karyawan 101-500 orang (37,5%).
Terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi, pekerja dalam perusahaan yang menangani TIK cukup variatif, namun mayoritas berjumlah kurang dari 5 karyawan (50%), dari rata-rata jumlah karyawan 51-100 pegawai.
Yang menarik adalah alokasi pekerja di bidang TIK, yang didedikasikan menangani cloud computing dimana mayoritas adalah nol (0) pekerja (50%), meski memang ada juga perusahaan yang mendedikasikan karyawan lebih dari 50 orang untuk menangani cloud computing (6,25%)
Jika cloud computing diimplementasikan, mayoritas responden akan menggunakan organisasi yang sudah ada (62,5%), meski ada juga yang berkeinginan untuk membentuk organisasi baru maupun meng-outsource implementasi cloud computing pada pihak ketiga (masing-masing 18,75%).
Kamilov juga memaparkan, hal-hal utama yang menjadi kekhawatiran responden ketika public cloud computing diimplementasikan, antara lain: masalah Security (31,9%), Reliability (27,65), Integrasi dengan legacy sistem (12,76%). Kemudian hal-hal utama yang menjadi concern responden ketika private cloud computing diimplementasikan: Reliability (20%), Integrasi dengan legacy sistem (20%), Security (17,77%)
Menjawab pertanyaan jika responden akan menggunakan pihak ketiga dalam penyediaan cloud computing, yang menjadi prioritas responden untuk dimasukkan dalam kontrak kerja sama: Network security requirement (16,66%), Service level agreements (15,38%), Quality of service guarantee (14,10%), Auditing activities and certification (14,10%).
"Dari hasil analisis data kami, mayoritas perusahaan maupun kantor pemerintahan belum mendedikasikan pekerja yang khusus menangani cloud computing. Kemudian, penyediaan cloud computing oleh pihak ketiga juga dimungkinkan sepanjang keamanan jaringan, SLA, jaminan kualitas serta adanya audit dan sertifikasi yang memadai dari penyedia," papar Kamilov.
Blog ini di buat sebagai media komunikasi, keluh kesah maupun Sharing temen-temen di bidang IT baik Hardware, Software maupun Jaringan
Sabtu, 28 Mei 2011
Ini Dia Kunci Sukses Cloud Computing
Sebagai agen perubahan teknologi, komputasi awan alias cloud computing dipercaya akan mengakselarasi kecepatan suatu perusahaan untuk bersaing. Hal ini bisa dilihat dari terjadinya pengurangan biaya operasional 77%, lebih cepat dalam memberikan nilai tambah 72%, dan meningkatkan reliabilitas 50%.
"Kunci suksesnya cloud computing adalah Chief Information Officer (CIO) satu perusahaan harus menerapkannya dengan strategi yang tepat dan sesuai kebutuhan perusahaannya. Jika tidak bisa menjadi ancaman bagi kelangsungan TI di perusahaan itu," kata President Director IBM Indonesia Suryo Suwignjo, dalam siaran pers Indonesian Cloud Forum, Jumat (27/5/2011).
Director South Pacific Regional CIO Office Huawei Neo Teck Guan menyarankan, sektor yang mulai mengadopsi cloud computing agar memberikan dampak dalam berinteraksi dengan masyarakat, pelaku usaha, pegawai, dan antara instansi pemerintahan.
"Jika menerapkan solusi TI dengan tepat maka pemerintah bisa memberikan one stop service ke masyarakat, meningkatkan iklim usaha, dan menarik investor asing untuk datang. Sementara dari sisi produksi pegawai bisa diefisiensikan dan fokus pada layanan yang bernilai tambah. Sedangkan antarinstansi terjadi kolaborasi yang bisa mengutilisasikan sumber daya yang dimiliki," jelasnya.
Director Sales Cisco Indonesia, Ichwan F Agus mengungkapkan, dalam memberikan jasa cloud computing harus dilihat pola penerapan harga di tengah kondisi "freemium" di pasar. Freemium adalah permintaan pasar terhadap sesuatu dengan kualitas tinggi tetapi harga yang dibayar rendah.
"Biasanya untuk pembeli informal dipikat dengan penggunaan gratis atau Ad Based, sedangkan untuk formal dengan kontrak. Jalan tengah dari kedua ini adalah membayar sesuai yang digunakan," katanya.
Untuk bisa menyukseskan industri cloud computing di Indonesia, seluruh pihak terkait harus bisa mengatasi tantangan yang satu ini: ketersediaan akses broadband yang mumpuni, baik kabel maupun nirkabel.
Sebab, menurut Kepala Bidang Sistem Elektronika Pusat TIK BPPT, Mohammad Mustafa Sarinanto, cloud computing akan dihadapkan pada era baru, yakni terjadinya transformasi besar-besaran dari sisi perangkat komputasi, khususnya perangkat bergerak mobile broadband yang kian jadi tren seperti netbook hingga komputer tablet.
"Kami perkirakan dalam lima tahun ke depan, 25% device komputasi akan berupa wireless tablet atau netbook," ucapnya.
"Kunci suksesnya cloud computing adalah Chief Information Officer (CIO) satu perusahaan harus menerapkannya dengan strategi yang tepat dan sesuai kebutuhan perusahaannya. Jika tidak bisa menjadi ancaman bagi kelangsungan TI di perusahaan itu," kata President Director IBM Indonesia Suryo Suwignjo, dalam siaran pers Indonesian Cloud Forum, Jumat (27/5/2011).
Director South Pacific Regional CIO Office Huawei Neo Teck Guan menyarankan, sektor yang mulai mengadopsi cloud computing agar memberikan dampak dalam berinteraksi dengan masyarakat, pelaku usaha, pegawai, dan antara instansi pemerintahan.
"Jika menerapkan solusi TI dengan tepat maka pemerintah bisa memberikan one stop service ke masyarakat, meningkatkan iklim usaha, dan menarik investor asing untuk datang. Sementara dari sisi produksi pegawai bisa diefisiensikan dan fokus pada layanan yang bernilai tambah. Sedangkan antarinstansi terjadi kolaborasi yang bisa mengutilisasikan sumber daya yang dimiliki," jelasnya.
Director Sales Cisco Indonesia, Ichwan F Agus mengungkapkan, dalam memberikan jasa cloud computing harus dilihat pola penerapan harga di tengah kondisi "freemium" di pasar. Freemium adalah permintaan pasar terhadap sesuatu dengan kualitas tinggi tetapi harga yang dibayar rendah.
"Biasanya untuk pembeli informal dipikat dengan penggunaan gratis atau Ad Based, sedangkan untuk formal dengan kontrak. Jalan tengah dari kedua ini adalah membayar sesuai yang digunakan," katanya.
Untuk bisa menyukseskan industri cloud computing di Indonesia, seluruh pihak terkait harus bisa mengatasi tantangan yang satu ini: ketersediaan akses broadband yang mumpuni, baik kabel maupun nirkabel.
Sebab, menurut Kepala Bidang Sistem Elektronika Pusat TIK BPPT, Mohammad Mustafa Sarinanto, cloud computing akan dihadapkan pada era baru, yakni terjadinya transformasi besar-besaran dari sisi perangkat komputasi, khususnya perangkat bergerak mobile broadband yang kian jadi tren seperti netbook hingga komputer tablet.
"Kami perkirakan dalam lima tahun ke depan, 25% device komputasi akan berupa wireless tablet atau netbook," ucapnya.
Ingin Maju, Stakeholder TI Harus Berkolaborasi
Pengembangan solusi teknologi informasi (TI) diyakini bisa menggerakkan perekonomian nasional. Namun untuk mencapai tujuan itu, dibutuhkan kolaborasi yang erat dari semua pemangku kepentingan (stakeholder), mulai dari perusahaan penyedia solusi, operator telekomunikasi, pengguna, hingga pemerintah.
"Pemanfaatan solusi TI di negara berkembang masih kecil utilisasinya dan kurang efisien. Ini membuat biaya kepemilikan menjadi tinggi," ujar Director South Pacific Regional CIO Office Huawei Neo Teck Guan di sela acara Indonesian Cloud Forum: Welcoming the Cloud Era, di Upperroom, Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu (25/5/2011).
Menurutnya, kolaborasi tersebut bisa dilakukan dalam bentuk Joint Innovation Center (JIC) yang melibatkan operator, penyedia solusi, dan pelanggan. Operator mengambil peran mendalami kebutuhan pengguna, uji coba produk, dan optimalisasi saluran pemasaran.
Sementara penyedia solusi membagi pengalaman dan teknologi yang terjadi di pasar, menyediakan tenaga ahli untuk riset, peralatan, dan lainnya. "Di JIC itu digodok tentang platform dan semuanya. Setelah itu produk yang dihasilkan dilempar ke pasar," katanya.
Menurutnya, hasil dari kolaborasi ini adalah adanya inovasi baru baik dari sisi solusi, aplikasi, perangkat, dan model bisnis, serta menekan Total Cost Ownership (TCO). "Pelanggan pun akan puas, dari sisi operator terjadi penghematan sementara produk yang ditawarkan memiliki nilai tambah," jelasnya.
Masih menurutnya, konsep JIC ini bisa dijalankan di Indonesia mengingat pemerintah tengah mengembangkan enam koridor ekonomi di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Bali-NTT, dan Papua. "JIC bisa dibuat per koridor dan mendukung klaster ekonomi yang tengah dibangun. Ini akan menggerakkan perekonomian daerah," tuturnya.
Disarankannya, pemerintah pun bisa mengadopsi solusi TI yang menjadi tren di dunia saat ini yakni cloud computing yang memberikan dampak dalam berinteraksi dengan masyarakat, pelaku usaha, pegawai, dan antara instansi pemerintahan.
"Jika menerapkan solusi TI dengan tepat maka pemerintah bisa memberikan one stop service ke masyarakat, meningkatkan iklim usaha dan menarik investor asing untuk datang. Sementara dari sisi produksi pegawai bisa diefisiensikan dan fokus pada layanan yang bernilai tambah. Sedangkan antarinstansi terjadi kolaborasi yang bisa mengutilisasikan sumber daya yang dimiliki," pungkasnya.
"Pemanfaatan solusi TI di negara berkembang masih kecil utilisasinya dan kurang efisien. Ini membuat biaya kepemilikan menjadi tinggi," ujar Director South Pacific Regional CIO Office Huawei Neo Teck Guan di sela acara Indonesian Cloud Forum: Welcoming the Cloud Era, di Upperroom, Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu (25/5/2011).
Menurutnya, kolaborasi tersebut bisa dilakukan dalam bentuk Joint Innovation Center (JIC) yang melibatkan operator, penyedia solusi, dan pelanggan. Operator mengambil peran mendalami kebutuhan pengguna, uji coba produk, dan optimalisasi saluran pemasaran.
Sementara penyedia solusi membagi pengalaman dan teknologi yang terjadi di pasar, menyediakan tenaga ahli untuk riset, peralatan, dan lainnya. "Di JIC itu digodok tentang platform dan semuanya. Setelah itu produk yang dihasilkan dilempar ke pasar," katanya.
Menurutnya, hasil dari kolaborasi ini adalah adanya inovasi baru baik dari sisi solusi, aplikasi, perangkat, dan model bisnis, serta menekan Total Cost Ownership (TCO). "Pelanggan pun akan puas, dari sisi operator terjadi penghematan sementara produk yang ditawarkan memiliki nilai tambah," jelasnya.
Masih menurutnya, konsep JIC ini bisa dijalankan di Indonesia mengingat pemerintah tengah mengembangkan enam koridor ekonomi di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Bali-NTT, dan Papua. "JIC bisa dibuat per koridor dan mendukung klaster ekonomi yang tengah dibangun. Ini akan menggerakkan perekonomian daerah," tuturnya.
Disarankannya, pemerintah pun bisa mengadopsi solusi TI yang menjadi tren di dunia saat ini yakni cloud computing yang memberikan dampak dalam berinteraksi dengan masyarakat, pelaku usaha, pegawai, dan antara instansi pemerintahan.
"Jika menerapkan solusi TI dengan tepat maka pemerintah bisa memberikan one stop service ke masyarakat, meningkatkan iklim usaha dan menarik investor asing untuk datang. Sementara dari sisi produksi pegawai bisa diefisiensikan dan fokus pada layanan yang bernilai tambah. Sedangkan antarinstansi terjadi kolaborasi yang bisa mengutilisasikan sumber daya yang dimiliki," pungkasnya.
KEBENARAN FILSAFAT
Kebenaran yang diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau mungkin ada. Kebenaran filsafat ini memiliki proses penemuan dan pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam beberapa kelompok (madzab). Bagi yang tidak terbiasa mungkin terminologi yang digunakan cukup membingungkan. Juga banyak yang oportunis alias menganut madzab dualisme kelompok, misal mengakui kebenaran realisme dan naturalisme sekaligus.
• Realisme: Mempercayai sesuatu yang ada di dalam dirinya sendiri dan sesuatu yang pada hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
• Naturalisme: Sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti berlakunya hukum alam dan terjadi menurut kodratnya sendiri.
• Positivisme: Menolak segala sesuatu yang di luar fakta, dan menerima sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Tolok ukurnya adalah nyata, bermanfaat, pasti, tepat dan memiliki keseimbangan logika.
• Materialisme Dialektik: Orientasi berpikir adalah materi, karena materi merupakan satu-satunya hal yang nyata, yang terdalam dan berada diatas kekuatannya sendiri. Filosofi resmi dari ajaran komunisme.
• Idealisme: Idealisme menjelaskan semua obyek dalam alam dan pengalaman sebagai pernyataan pikiran.
• Pragmatisme: Hidup manusia adalah perjuangan hidup terus menerus, yang sarat dengan konsekuensi praktis. Orientasi berpikir adalah sifat praktis, karena praktis berhubungan erat dengan makna dan kebenaran.
• Realisme: Mempercayai sesuatu yang ada di dalam dirinya sendiri dan sesuatu yang pada hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
• Naturalisme: Sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti berlakunya hukum alam dan terjadi menurut kodratnya sendiri.
• Positivisme: Menolak segala sesuatu yang di luar fakta, dan menerima sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Tolok ukurnya adalah nyata, bermanfaat, pasti, tepat dan memiliki keseimbangan logika.
• Materialisme Dialektik: Orientasi berpikir adalah materi, karena materi merupakan satu-satunya hal yang nyata, yang terdalam dan berada diatas kekuatannya sendiri. Filosofi resmi dari ajaran komunisme.
• Idealisme: Idealisme menjelaskan semua obyek dalam alam dan pengalaman sebagai pernyataan pikiran.
• Pragmatisme: Hidup manusia adalah perjuangan hidup terus menerus, yang sarat dengan konsekuensi praktis. Orientasi berpikir adalah sifat praktis, karena praktis berhubungan erat dengan makna dan kebenaran.
Kebenaran Non Ilmiah
Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan penalaran logika ilmiah, ada juga kebenaran karena faktor-faktor non-ilmiah. Beberapa diantaranya adalah:
• Kebenaran Karena Kebetulan: Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. Namun satu atau dua kebetulan bisa juga menjadi perantara kebenaran ilmiah, misalnya penemuan kristal Urease oleh Dr. J.S. Summers.
• Kebenaran Karena Akal Sehat (Common Sense): Akal sehat adalah serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini. Penelitian psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar.Â
• Kebenaran Agama dan Wahyu: Kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi sebagian hal lain tidak.
• Kebenaran Intuitif: Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu bidang. Contohnya adalah kasus patung Kouros dan museum Getty diatas.
• Kebenaran Karena Trial dan Error: Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan paramater-parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu. Memerlukan waktu lama dan biaya tinggi.
• Kebenaran Spekulasi: Kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh resiko, relatif lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada trial-error.
• Kebenaran Karena Kewibawaan: Kebenaran yang diterima karena pengaruh kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah.
• Kebenaran Karena Kebetulan: Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. Namun satu atau dua kebetulan bisa juga menjadi perantara kebenaran ilmiah, misalnya penemuan kristal Urease oleh Dr. J.S. Summers.
• Kebenaran Karena Akal Sehat (Common Sense): Akal sehat adalah serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini. Penelitian psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar.Â
• Kebenaran Agama dan Wahyu: Kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi sebagian hal lain tidak.
• Kebenaran Intuitif: Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu bidang. Contohnya adalah kasus patung Kouros dan museum Getty diatas.
• Kebenaran Karena Trial dan Error: Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan paramater-parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu. Memerlukan waktu lama dan biaya tinggi.
• Kebenaran Spekulasi: Kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh resiko, relatif lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada trial-error.
• Kebenaran Karena Kewibawaan: Kebenaran yang diterima karena pengaruh kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah.
Kebenaran Ilmiah
Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, koheren.
• Kebenaran Pragmatis: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila memiliki kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Yadi mau bekerja di sebuah perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi. Yadi bersifat pragmatis, artinya mau bekerja di perusahaan tersebut karena ada manfaatnya bagi dirinya, yaitu mendapatkan gaji tinggi.
• Kebenaran Koresponden: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya. Contohnya, Jurusan teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Undip ada di Tembalang. Jadi Fakultas Teknik Undip ada di Tembalang.
• Kebenaran Koheren: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori koheren menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa Undip harus mengikuti kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Undip, jadi harus mengikuti kegiatan Ospek.
• Kebenaran Pragmatis: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila memiliki kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Yadi mau bekerja di sebuah perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi. Yadi bersifat pragmatis, artinya mau bekerja di perusahaan tersebut karena ada manfaatnya bagi dirinya, yaitu mendapatkan gaji tinggi.
• Kebenaran Koresponden: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya. Contohnya, Jurusan teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Undip ada di Tembalang. Jadi Fakultas Teknik Undip ada di Tembalang.
• Kebenaran Koheren: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori koheren menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa Undip harus mengikuti kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Undip, jadi harus mengikuti kegiatan Ospek.
Langganan:
Postingan (Atom)